Skip to main content

John Stuart Mill


John Stuart Mill
Oleh: IwanIsmiFebriyanto

John Stuart Mill adalah putra dari James Mill yang lahir di London padatahun 1806.Mill muda tidak pernah sekolah, namun ayahnya member suatu pendidikan yang sangat baik. Terbukti sejak kecil usia 3 tahun sudah diajari bahasa Yunani, bahasa Latin pada usia 8 tahun, serta ekonomi politik dan logika (termasuk karya asli Aristoteles) pada usia 12 tahun dan mendiskusikannya dengan ayahnya. Selanjutnya Mill mempelajari ekonomi, Demonthenes dan Plato khususnya pada metode dan argumentasi (Mudhofir, 2001: 362). Pada usia 15 tahun, ia membaca karangan Jeremy Betham dan berhasil mempengaruhi paradigm berfikirnya, sehingga ia mematangkan pendapatnya dan memantapkan tujuannya untuk menjadi ”Sosial Reformer” (pembaharusosial). Ketika berusia 17 tahun, Mill bekerja di India House Company, di mana Ia mengabdi selama tiga puluh lima tahun sampai perusahaan tersebut bubar pada tahun 1853.

Selama tahun 1865-1868 Mill menjadi anggota dalam Lower House parlemen Inggris (Suseno,2003:177). Sejak kecil John Stuart Mill juga mendapatkan pendidikan langsung dari pamannya Jeremy Betham. Sehingga tidak mengherankan ketika berusia 20 tahun, Mill sudah terkenal sebagai pemimpin gerakan utilitarianisme yang kritis. Di samping itu, ketika bekerja di India Company, Ia selalu meluangkan banyak waktu untuk melakukan pengembaraan intelektual dan menyebarkan ajaran utilitarianisme melalui surat kabar dan jurnal (Schmandt, 2004: 454).
Mengingat pekerjaannya yang begitu intensif, tidaklah mengherankan bahwa pada tahun 1826 ia mengalami keambrukan karena sakit saraf. Namun, krisis mental itu mempunyai efek yang positif. Ia mulai membebaskan diri dari filsafat Jeremy Betham dan mengembangkan pahamnya sendiri tentang utilitarianisme. Paham ini dirumuskannya dalam essay Utilitarianism dari tahun 1864, yang kemudian menjadi bahan sebuah diskusi hebat selama hamper seluruh akhir abad ke 19, terutama di Inggris. Paham khas tentang utilitarianisme yang dirumuskan Mill merupakan sumbangan penting kepada filsafat moral. Ia meninggal di Avigron di Prancis pada tahun 1873.
Mill adalah seorang penulis yang produktif. Tulisan-tulisannya tentang ekonomi dan kenegaraan dibaca luas. Salah satu tulisannya paling gemilang dalam etika politik segala zaman adalah bukunya On Liberty di tahun 1859, yang merupakan pembelaan kebebasan individu terhadap segala usaha penyamarataan masyarakat. Tulisan lainnya yang penting adalah System of Logic; Principles of Political Economy, Considerations on Representative Government, dan Subjection of Women. Mill menjadi tokoh intelektual liberalism Inggris kedua yang tidak lagi membela paham laissez faire klasik, melainkan memperhatikan tuntutan-tuntutan keadilan social (MagnisSuseno, 1998: 177-178). Jika dilihat secara implisit, paham kebebasan Mill sama dengan paham liberalism milik Adam Smith, namun yang menjadi titik tekan perbedaan antara Adam smith dan John Stuart Mill adalah bagaimana menempatkan posisi wanita setara dengan laki-laki. Jika Adam Smith mengemukakan pandangan tentang “The Man in the right place”, maka Mill mengemukakan tentang “The women in the right place”.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Elit dalam Kebijakan Publik

ELIT DAN KEBIJAKAN : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MODEL ELIT DALAM MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Oleh : Iwan Ismi Febriyanto Abstract             In the analysis of public policy, of course, there are some models that can be used to focus on one subject of public policy itself. That is, before we alone make this a great and sturdy construction, of course, we must have a clear model. That is the reason why public policy analysis models are crucial in making or analyzing public policy. There are several models in the classification of policy analysis. However, here the author would like to focus on Elite Model Theory in the analysis of public policy. To find out how political institutions operate, how decisions are made then the informant's most relevant is the political elite. Elite is defined as "those that relate to, or have, an important position." Political elite to do with how power affects the person's public policy making. Here the role of the

TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT

DIALEKTIKA KEBIJAKAN PUBLIK : “STUDI KOMPARASI TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT DENGAN GOOD GOVERNANCE DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK” Oleh: Iwan Ismi Febriyanto Abstract Public sector organizations are often described unproductive, inefficient, always loss, low quality, poor innovation and creativity, as well as many other critics. The emergence of strong criticism directed at public sector organizations will then cause the movement to reform public sector management. One of the public sector reform movement is the emergence of the concept of New Public Management (NPM). The concept of new public management was initially introduced by Christopher Hood in 1991. When viewed from a historical perspective, modern management approaches in the public sector at first appear in Europe in the 1980s and 1990s as a reaction to the inadequacy of the traditional model of public administration. NPM emphasis at that time was the implementation of decentralization, devolution, and the m

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme Analisis Mengenai Pengaruh dan Implementasinya dalam Kondisi Politik di Suatu Negara Oleh : Iwan Ismi Febriyanto BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG             Ideologi merupakan hal yang paling krusial dalam sejarah maupun masa depan kehidupan manusia, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Bagaimana ideologi mempunyai peran sebagai dasar maupun pijakan yang digunakan oleh suaru kelompok sebagai panutan dari apa yang akan dilakukannya kedepan. Kata ideologi sendiri pertama kali dikembangkan dan diperkenalkan oleh seorang filsuf dari negara Perancis yang bernama Antonie Destutt de Tracy di masa Revolusi Perancis. Antony Downs (1957:96) mengatakan bahwa ideology merupakan seperangkat asumsi dasar baik normatif maupun empiris mengenai sifat dan tujuan manusia atau masyarakat agar dapat dipakai untuk mendorong serta mengembangkan tertib politik.