GAYA KEPEMIMPINAN
Tinjauan Teoritis mengani Tipologi Gaya Kepemimpinan di Dunia
Oleh : Iwan Ismi Febriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Peranan Seorang Pemimpin
Manusia
merupakan makhluk paling sempurna yang telah di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa
untuk menempati, menjaga, dan mengolah bumi ini dengan beberapa kelebihan yang
tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya, contohnya akal dan penalaran yang
memang merupakan faktor utama bagi gerak tubuh manusia itu sendiri. Nah, dalam
ajaran Islam sendiri, terdapat 2 esensi yang paling utama mengapa manusia itu
di beri kepercayaan untuk menempati atau hidup di bumi ini. Yaitu, yang pertama adalah sebagai
Waliyullah, atau biasa di sebut wakil dari Sang Pencipta untuk mengolah dan
mengajarkan kebenaran di muka bumi ini. Sedangkan yang kedua adalah,
Khalifatullah atau sebagai pemimpin dalam menjalankan maupun menjaga keseimbangan
di Bumi ini. Makna pemimpin disini ada 2, yaitu bagaimana dia bisa memimpin
dirinya sendiri untuk melangkah kedepannya, dan yang kedua adalah bagaimana dia
bisa memimpin orang lain, baik itu keluarganya maupun orang lain di sekitarnya.
Namun seiring dengan dinamika kehidupan sosial, terkadang manusiapun bertindak
melebihi batas atau wewenang yang diberikan Tuhan kepadanya. Tentunya, itu tak
lepas dari sisi kemanusiaannya sendiri yang memang terkadang serakah dan sering
mementingkan dirinya sendiri (egois). Karena memang manusia memiliki 2 sifat
mendasar, yaitu individualis dan sosialis. Nah, sifat keindividualisannya
inilah yang memang terkadang memaksanya untuk selalu mencari kesenangan maupun
kebahagaiaan untuk dirinya sendiri, berupa kekayaan, kekuasaan, dan lain
sebagainya. Thomas Hobbes, seorang filsuf dari Inggris di abad pertengahan pun
pernah berpendapat bahwasannya alat untuk mendapatkan kebahagiaan itu adalah
kekayaan, nama baik dan kawan-kawan. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya
kekayaan dan kekuasaan itu tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya. Ketika kita singkronisasikan antara kekayaan, kekuasaan, dan esensi
manusia sebagai pemimpin, itu sangatlah erat kaitannya. Bahwasannya ketika
manusia itu mencari kebahagiaan dengan memperkaya dirinya, hal yang pertama dia
lakukan adalah keinginan untuk menjadi penguasa, namun dalam proses menjadi
seorang penguasa, tentunya dia harus belajar menjadi seorang pemimpin, baik itu
dalam urusan pekerjaan maupun dalam tataran pemerintahan. Nah, yang akan kita
pelajari atau bahas disini adalah bagaimana atau gaya kepemimpinan dalam urusan
pekerjaan ataupun berwirausaha, karena seperti yang kita ketahui bersama-sama
bahwasnnya manusia itu tak lepas dari kodratnya sebagai homo economicus. Yaitu
makhluk ekoniomi yang secara umum mempunyai prinsip dalam pengorbanan ataupun
pengeluaran yang sekecil-kecilnya, dapat menghasilkan output atau keuntungan
yang sebesar-besarnya.
Seperti
yang penulis ungkapkan diatas, adapun esensi atau tujuan utama dari penulisan
makalah ini adalah untuk sama-sama belajar dan mendalami tentang gaya
kepemimpinan dalam menjalankan suatu roda usaha. Dimana, seperti yang kita
ketahui bersama-sama bahwasannya dalam menjalankan suatu ruang lingkup sosial,
baik itu organisasi maupun kewirausahaan, pasti dibutuhkan sesosok individu
yang mampu memimpin jalannya suatu organisasi maupun usaha yang sedang
berlangsung demi memajukan organisasi maupun usaha yang dijalankannya. Secara
umum, masyarakat banyak berpendapat bahwasannya keberhasilan suatu usaha atau
oraganisasi apapun itu tergantung siapa pemimpinnya, dan bagaimana tingkah
polah pemimpin itu dalam pengambilan keputusan ataupun kebijakan. Berbicara
tentang kepemimpinan, tentunya terdapat gaya atau kriteria-kriteria ideal yang semestinya
harus dimiliki oleh setiap pemimpin yang akan menjalankan suatu roda organisasi
ataupun usaha. Dan dalam konteks ini, yang akan kita bahas nanti adalah
bagaimana Gaya Kepemimpinan yang ideal untuk menjalankan suatu roda usaha itu.
Karena, bagaimanapun juga, dalam hal berwirausaha itu diperlukan pemimpin yang
ideal untuk memanajemen atau mengatur para pekerjanya demi mempertahankan
ataupun dapat mengembangkan usahanya sesuai kebutuhan pasar.
1.2
Pengertian Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan unsur
yang penting di dalam sebuah perusahaan. Secara umum bila kita berbicara
mengenai para pemimpin dengan kepemimpinannya, kita selalu dihadapi oleh dua
kata kunci, yaitu “pemimpin” dan “kepemimpinannya”. Menurut DR. Winardi, S.E.,
yang dimaksud dengan pemimpin adalah seorang yang karena kecakapan-kecakapan
pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok
yang dipimpinnya untuk mengerahkan upaya bersama ke arah pencapaian
sasaran-sasaran tertentu. Sedangkan kepemimpinan menurut DR. Winardi, SE.
adalah hubungan dimana seseorang atau pemimpin mempengaruhi orang lain, serta
memiliki kemampuan untuk mendayagunakan pengaruh interpersonal melalui
alat-alat komunikasi dan bersedia bekerjasama berkaitan dengan tugas yang akan
dicapai sesuai dengan keinginan dari pemimpin tersebut.
Setiap pemimpin pada
dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya.
Perilaku para pemimpin ini secara singkat disebut gaya kepemimpinan (Leadership
style). Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.
Gaya kepemimpinan juga bisa diartikan sebagai cara pemimpin membawa diri
sebagai pemimpin dalam menggunakan kekuasaannya.
Hersey dan Blanchard (1992)
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari
tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana
proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut,
Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k)
merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu
(s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan
unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam
bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti
keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang
atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau
pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah
disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan
mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang
pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang
pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah
suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat
tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan
pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada
saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian,
ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan,
bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya,
dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
1.3 Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan
tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian
berikut (Siagian,1997).
1.
Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis
ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi, tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat, terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya. Dalam tindakan penggerakkannya
sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat
menghukum.
2.
Tipe Militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam
menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya,Senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan.
3.
Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong
sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective),jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
4.
Tipe Karismatik. Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa
seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu
sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
itu.
5.
Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah
membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk
organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di
dunia. Dan tipe demokratis adalah tipe yang melakukan desentralisasi atau
pemabagian tugas untuk kepada setiap bagian-bagian yang ada di perusahaan. Dan
ketika terjadi suatu masalah dalam perusahaanpun dia selalu meminta pendapat
terhadap para bawahan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
1.4 Fleksibilitas
Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui
tiga aliran teori berikut ini.
1.
Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan
bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat)
bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya
bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan
bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan
karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul
sebagai pemimpin.
2.
Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang
ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya.
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born”
(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan
kebalikan inti teori genetika. Para
penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori
Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya
mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut
timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada
intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik
apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan..
PEMBAHASAN
2.1 Gaya Kepemimpinan
Dalam
pengertian kepemimpinan ini dapat diinterpretasikan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan untuk
kepentingan suatu organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menetukan tujuan organisasi. memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakan
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
ketergantungan kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan
motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atas pimpinan itu
sendiri.Karena gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak
dalam konteks organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai
jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang
dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu. Perhatian utama kita
pada saat ini adalah bagi mereka yang sudah berada dalam posisi kepemimpinan,
ketimbang mereka yang masih berpikir-pikir mengenai potensi kecakapan mereka.
Kita akan membicarakan lima gaya kepemimpinan: birokratis, permisif
(serba membolehkan), laissez-faire (berasal dari bahasa Perancis
yang sejatinya menunjuk pada doktrin ekonomi yang menganut paham tanpa campur
tangan pemerintah di bidang perniagaan; sementara dalam praktik kepemimpinan,
si pemimpin mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk melakukan apa saja
yang mereka kehendaki), partisipatif, dan otokratis.
Kita akan melihat masing-masing gaya tersebut menurut cara kerja pemimpinnya
dalam organisasi : `Birokratis
Ini adalah satu gaya yang ditandai dengan keterikatan
yang terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa
kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan.
Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku. Pemimpinnya
adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagian besar peraturan
untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan suatu jalan
hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering
harus mengalah kepada yang lain. Pemimpin yang birokratis percaya bahwa setiap
orang dapat setuju dengan cara yang terbaik dalam mengerjakan segala sesuatu
dan bahwa ada suatu sistem di luar hubungan antarmanusia yang dapat dipakai
sebagai pedoman. Dalam hal ini pedoman tersebut
adalah peraturan- peraturan dan tata cara.
Permisif
Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam
kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya.
Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka
sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan
demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam
gaya ini.
Laissez-faire
Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini
membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksanakan
fungsi pemeliharaan saja. Misalnya, seorang pendeta mungkin hanya namanya saja
ketua dari organisasi tersebut dan hanya menangani urusan khotbah, sementara
yang lainnya mengerjakan segala pernik mengenai bagaimana organisasi tersebut
harus beroperasi. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering
bepergian atau yang hanya bertugas sementara. Pemimpin laissez-faire menganggap
bahwa organisasinya berjalan sedemikian baiknya sehingga pemimpin tidak perlu
turut campur, atau menganggap bahwa organisasi tersebut tidak membutuhkan pusat
kepemimpinan.
Partisipatif
Partisipatif
Gaya ini dipakai oleh mereka
yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan
mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan
rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalah yang timbul adalah
kemungkinan lambatnya tindakan dalam menangani masa-masa krisis. Pemimpin yang
partisipatif biasanya senang memecahkan masalah dan bekerja sama dengan orang
lain. Ia menganggap bahwa orang lain pun merasakan hal yang sama, dan karena
itu, hasil yang paling besar akan diraih dengan cara bekerja sama dengan
mengajak orang lain turut serta dalam mengambil keputusan dan meraih sasaran.
Otokratis
Gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepada yang
berwenang dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan
apa-apa kecuali jika diperintahkan. Gaya ini tidak mendorong adanya pembaruan.
Pemimpin menganggap dirinya sangat diperlukan. Keputusan dapat dibuat dengan
cepat. Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa orang-orang hanya akan
melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka dan/atau ia tahu apa yang
terbaik. (Dengan kata lain, ia mungkin tampak sebagai seorang diktator.)
2.2 Kolerasi Antara Gaya Kepemimpinan dengan Perusahaan
Selain dari pada tipe pemimpin di atas, terdapat 5 macam
tipe kepemimpinan lagi yang sekiranya perlu kita jadikan bahan reverensi kita
dalam mengelola perusahaan menurut Siagian yang dikemukakan sekitar tahun
1997an. Yaitu; otokratis, militeristis, paternalistis, karismatik, dan
demokratis.
Yang pertama
yang akan kita bahas adalah tipe otokratis, sebagaimana telah di ungkapakan
sebelumnya, tipe otokratis adalah tipe pemimpin yang sentral dalam mengambil
kekuasaannya. Tipe ini bisa dibilang tipe yang mengutamakan egoisitas dirinya
sendiri, artinya dia selalu merasa apa yang menjadikan keputusannya adalah
bersifat mutlak dan kadang penuh dengan paksaan. Tipe seperti ini, jika kita
kolerasikan terhadap suatu perusahaan, terdapat beberapa dampak positif dan
negative. Dampak positifnya adalah dia selalu bertindak tegas dan penuh
komitmen, serta pemimpin ini akan cepat dalam pengambilan keputusan untuk
sebuah kebijakan yang akan di ambil ketika perusahaan itu mengalami sebuah masalah.
Sedangkan dampak negatifnya adalah dia kadang tidak efisien dalam menetapkan
sebuah kebijakan yang akan diambilnya karena terlalu terburu-buru, selain itu
tipe pemimpin ini juga tidak bisa mengembangkan potensi yang ada pada
karyawannya karena tidak pernah diberi kesempatan untuk berkembang.
Tipe yang
kedua adalah tipe militeristis, sesuai dengan nama yang diambilnya, tipe
pemimpin seperti ini selalu menerapkan peraturan yang sangat ketat dan disiplin
untuk karyawan yang ada di perusahaannya. Tipe ini sebenarnya bagus jika
benar-benar diterapkan dalam suatu perusahaan, akan tetapi juga terkadang
sangat kaku. Artinya, bagaimanapun juga, manusia membutuhkan kelonggaran dalam
setiap peraturan. Dan dalam hal kedekatan dengan karayawanpun pastinya sangat
sulit tercipta. Akhirnya, komunikasi antara pemimpin dengan bawahanpun mulai
tidak bisa dijalin, itu akan berdampak serius bagi perusahaan nantinya.
Selanjutnya
adalah tipe yang ketiga, yaitu paternalistis. Pemimpin dengan kategori
paternalis, sering beranggapan bawahannya itu belum dewasa dan tidak bersedia
memberikan bawahannya dalam mengambil keputusan. Jadi dia tidak akan bersedia
untuk mendengarkan karyawannya turut serta dalam pengambilan keputusan dalam
perusahaannya. Tipe ini cenderung sama seperti tipe otokratis.
Kemudian
yang keempat adalah pemimpin dengan tipe karismatik. Pemimpin seperti ini
adalah sosok pemimpin yang sangat banyak diidolakan oleh para karyawannya.
Karena dia selalu bijaksana dalam mengambil keputusan apapun demi kebaikan
bersama. Biasanya tipe pemimpin seperti sangatlah langgeng dalam masa
jabatannya, karena rasa cinta atau kagum karyawannya itu dapat mendongkrak
kinerja para karyawannya dalam bekerja di perusahaannya tersebut.
Dan tipe
yang terkhir adalah tipe pemimpin yang demokratis. Jika kita liat dari namanya
saja, tipe ini sangatlah kelihatan watak kepemimpinannya mengutamakan
kepentingan bersama demi memajukan perusahaannya. Hal yang paling menonjol dari
pemimpin ini adalah dia selalu menyaring beberapa argumen dari para bawahannya
untuk kemudian di jadikan satu gagasan yang nantinya akan diterapkan dalam
kebijakan yang ada di perusahaannya. Tipe pemimpin ini selalu menerapkan sistem
pembagian kekuasaan yang jelas kepada para bawahannya. Dan itu sangatlah bagus
demi menunjang potensi yang ada dalam diri setiap karyawannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
materi yang telah kami sajikan diatas, maka yang dapat kami simpulkan adalah:
-
Bahwasannya
setiap pemimpin itu harus memiliki gaya kepemimpinan yang ideal menurut dirinya
dan para pengikutnya, dalam artian dia harus memiliki ciri khas atau kelebihan
dibandingkan dengan para karyawan atau bawahannya.
-
Apapun
gaya kepemimpinan yang akan di ambil nanti, setiap pemimpin itu harus selalu
berhati-hati dan mensingkronisasikan antara situasi dan kondisi yang ada dengan
keputusan yang akan dia ambil nantinya.
-
Dan
yang terakhir yang dapat kami simpulkan adalah bahwasannya apapun gaya
kepemimpinan dari seorang pemimpin itu pasti besar atau kecil dipengaruhi oleh
sikap maupun watak dari pribadi dalam diri masing-masingnya.
3.2
Pendapat Kelompok
Dari berbagai
reverensi yang telah kami ambil, kami dapat memberikan suatu kesimpulan
terhadap gaya kepemimpinan, diantaranya:
-
Pemimpin
itu harus memiliki gaya kepemimpinan yang lain dari pada yang lain, artinya dia
harus memiliki ciri khas dalam kepemimpinannya.
-
Jiwa
kepemimpinan itu sangat perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, setiap
oraganisasi maupun perusahaan itu butuh sosok yang bisa mengayomi maupun
mengatur serta memotivasi para karyawannya atau anggotanya dalam melakukan
pekerjaan.
-
Dan
yang terakhir, apapun gaya kepemimpinan yang diambil oleh seorang pemimpin
nanti, pemimpin haruslah memiliki fleksibelitas tindakan. Dalam artian, mereka
harus pandai untuk memilih dan memilah situasi dan kondisi mana yang cocok
untuk gaya kepemimpinan apa yang akan diterapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Dale,
Robert d, Pelayanan Sebagai Pemimpin,
Gandum Mas, Malang, 1992.
Comments