Skip to main content

Anthony Giddens


Anthony Giddens
Oleh: IwanIsmiFebriyanto



Anthony Giddens, Baron Giddens (lahir 18 Januari 1938; umur 73 tahun) adalah sosiolog asal Britania Raya. Ia adalah seorang sosiolog Inggris yang terkenal karena teori strukturasi dan pandangan menyeluruh tentang masyarakat modern. Ia dianggap sebagai salah satu contributor sosiologi modern. Tiga tahap terpenting dapat diidentifikasi di dalam kehidupan akademisnya. Hal yang pertama yaitu melibatkan penjabaran sebuah visi baru tentang apa sosiologi itu, menyajikan pemahaman teoritis dan metodologis dari bidang itu, berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap klasik. Pada tahap kedua Giddens mengembangkan teori strukturasi, analisis agen dan struktur, dimana keutamaan diberikan kepada keduanya. Karya-Nya periode itu, seperti Pusat Permasalahan dalam Teori Sosial (1979) dan Konstitusi Masyarakat (1984), membawa dia terkenal di dunia internasional pada arena sosiologis.
           Salah satu teoretisasi Anthony Giddens yang menggemparkan dunia intelektual maupun kalangan politisi adalah bukunya The Third Way, yang terbit tahun 1999. Buku ini terkenal dengan ungkapan Giddens yang mengatakan bahwa sosialisme itu sudah mati. Giddens lalu dituduh sebagai pengikut golongan “kanan.” Akan tetapi dalam buku itu juga Giddens mengecewakan kelompok “kanan” karena
ia mengatakanbahwa neoliberal atau New Right tak mungkin melanjutkan programnya. Ia terang-terangan mengkritik program ekonomi Partai Konservatif yang bernaung di bawah “Thatcherisme.” Maka, oleh sejumlah orang buku The Third Way sering ditafsirkan sebagai jalan keluar dari konflik antara sosialisme (yang menonjolkan negara) dan kapitalisme (yang mengagungkan peran pasar). The Third Way memang berusaha untuk keluar dari kebuntuan pemikiran “kiri” maupun “kanan”, tetapi berakar dalam visinya utopian realism seperti diuraikan di atas.
           Akan tetapi ada satu hal yang baru dalam buku ini: Giddens secara lebih rinci dan eksplisit menguraikan tentang peran negara. Ia masih percaya bahwa Negara atas dasar demokrasi merupakan pilihan terbaik yang ada sekarang, juga percaya bahwa Negara harus memainkan peranan dalam masyarakat. Maka ia berseberangan dengan para pendukung teori the end of state. Akan tetapi berbeda dari konsep-konsep klasik tentang negara, Giddens menempatkan Negara sebagai “rekan” (partner) dari masyarakat. Negara dan masyarakat tidak beroposisi, masing-masing memainkan perannya yang saling menunjang dan saling mengisi. Dalambentuk program, Giddens merinci sebagai berikut: the radical centre, the new democratic state, active civil society, the democratic family, the new mixed economy, equality as inclusion, positive welfare state, the social investment state, the cosmopolitan nation, cosmopolitan democraticy.
Proyek ini jelas tidak memuaskan kelompok Marxis yang mempunyai ciri-ciri khiliastik dan mesianik, Akan tetapi bagiGiddens, kelompok Marxis sekarang sudah ketinggalan zaman. Program mereka hanya akan berhasil di zaman yang stabil, artinya di zaman yang belum dilanda oleh globalisasi dan detradisionalisasi. Kalau seratus tahun yang lalu Marx, Lenin dan Mao, masih mengangan-angankan mampu mengontrol sejarah masa depan,hal itu sudah tidak ada lagi. Begitu pula hal nya dengan gerakan radikal oleh kaum fundamentalis (agama, etnis, gender, nasionalis) yang ingin melindungi tradisi dengan cara-cara tradisional. BagiGiddens, fundamentalisme tidak mempunyai masa depan karena mereka menoleh ke masa lampau, sementara dunia sekarang adalah runaway world atau juggernaut yang melesat tanpa kendali melindas tradisi. Karena sifatnya yang isolasionis, fundamentalisme niscaya melahirkan pertentangan dan kekerasan. Dalam istilahnya: vicious circle of animosity and venom.Kalau kita lihat tentang pemikirannya, Giddens selalu mencoba untuk menengahi antara kaum sosialis dengan kaum kapitalis. Artinya, dia mencoba untuk mengkolaborasikan antara paham sosialis dengan kapitalis dalam suatu negara, dan ini yang kemudian dijadikan bahan acuan oleh para petinggi-petinggi negara di dunia.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Elit dalam Kebijakan Publik

ELIT DAN KEBIJAKAN : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MODEL ELIT DALAM MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Oleh : Iwan Ismi Febriyanto Abstract             In the analysis of public policy, of course, there are some models that can be used to focus on one subject of public policy itself. That is, before we alone make this a great and sturdy construction, of course, we must have a clear model. That is the reason why public policy analysis models are crucial in making or analyzing public policy. There are several models in the classification of policy analysis. However, here the author would like to focus on Elite Model Theory in the analysis of public policy. To find out how political institutions operate, how decisions are made then the informant's most relevant is the political elite. Elite is defined as "those that relate to, or have, an important position." Political elite to do with how power affects the person's public policy making. Here the role of the

TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT

DIALEKTIKA KEBIJAKAN PUBLIK : “STUDI KOMPARASI TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT DENGAN GOOD GOVERNANCE DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK” Oleh: Iwan Ismi Febriyanto Abstract Public sector organizations are often described unproductive, inefficient, always loss, low quality, poor innovation and creativity, as well as many other critics. The emergence of strong criticism directed at public sector organizations will then cause the movement to reform public sector management. One of the public sector reform movement is the emergence of the concept of New Public Management (NPM). The concept of new public management was initially introduced by Christopher Hood in 1991. When viewed from a historical perspective, modern management approaches in the public sector at first appear in Europe in the 1980s and 1990s as a reaction to the inadequacy of the traditional model of public administration. NPM emphasis at that time was the implementation of decentralization, devolution, and the m

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme Analisis Mengenai Pengaruh dan Implementasinya dalam Kondisi Politik di Suatu Negara Oleh : Iwan Ismi Febriyanto BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG             Ideologi merupakan hal yang paling krusial dalam sejarah maupun masa depan kehidupan manusia, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Bagaimana ideologi mempunyai peran sebagai dasar maupun pijakan yang digunakan oleh suaru kelompok sebagai panutan dari apa yang akan dilakukannya kedepan. Kata ideologi sendiri pertama kali dikembangkan dan diperkenalkan oleh seorang filsuf dari negara Perancis yang bernama Antonie Destutt de Tracy di masa Revolusi Perancis. Antony Downs (1957:96) mengatakan bahwa ideology merupakan seperangkat asumsi dasar baik normatif maupun empiris mengenai sifat dan tujuan manusia atau masyarakat agar dapat dipakai untuk mendorong serta mengembangkan tertib politik.