Skip to main content

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme


Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme
Analisis Mengenai Pengaruh dan Implementasinya dalam Kondisi Politik di Suatu Negara
Oleh : Iwan Ismi Febriyanto


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
            Ideologi merupakan hal yang paling krusial dalam sejarah maupun masa depan kehidupan manusia, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Bagaimana ideologi mempunyai peran sebagai dasar maupun pijakan yang digunakan oleh suaru kelompok sebagai panutan dari apa yang akan dilakukannya kedepan. Kata ideologi sendiri pertama kali dikembangkan dan diperkenalkan oleh seorang filsuf dari negara Perancis yang bernama Antonie Destutt de Tracy di masa Revolusi Perancis. Antony Downs (1957:96) mengatakan bahwa ideology merupakan seperangkat asumsi dasar baik normatif maupun empiris mengenai sifat dan tujuan manusia atau masyarakat agar dapat dipakai untuk mendorong serta mengembangkan tertib politik.
            Seiring dengan berjalannya waktu, banyak sekali bermunculan beragam ideologi yang menunjukkan eksistensinya didunia. Ini terjadi setelah masa pencerahan atau renaissance yang dialami oleh bangsa-bangsa di daratan Eropa, yaitu dimana masa saat kediktatoran gereja yang pada waktu memegang peranan sentral dalam berbagai sisi kehidupan masyarakat disana dirobohkan oleh segelintir orang-orang revolusioner seperti; Martin Luther, Tomas Hobbes, John Knox, dan lain sebagainya. Dari berbagai macam jenis ideologi yang ada didunia, penulis ingin lebih fokuskan penulisan ini pada ideologi anarkisme, liberalisme, dan juga sosialisme. Karena seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa historitas dari ketiga ideologi ini sangatlah menarik untuk kemudian dikaji dan dipahami bersama.
            Di zaman sekarang ini, kata anarkis sangatlah mudah dan sering diucapkan oleh berbagai individu maupun komunitas masyarakat dimanapun ia berada. Menurut asumsi dasar publik, teori ini erat kaitannya dengan tindak kekerasan yang terjadi dalam sosial kemasyarakatan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah teori ini memang teori mengenai kekerasan ? inilah yang kemudian menarik untuk kita bahas mengenai substansi awal dari kemunculan teori tersebut.
            Yang kedua adalah mengenai teori liberalisme, yaitu paham yang mendasarkan diri pada filsafat individualis yang sangat berpijka pada prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan antar individu dengan individu lainnya. Dan yang terakhir akan dibahas adalah mengenai teori sosialisme yang merupakan lawan dari teori liberalisme, artinya teori lebih mengacu pada prinsip penyamarataan antara individu satu dengan lainnya dalam prinsip yang lebih dikenal yaitu sama rata sama rasa.
            Dari sinilah bisa kita rasakan bahwa adanya perbedaan yang sangat mencolok dari ketiga teori diatas, baik itu secara substantifitasnya maupun secara implementasinya terhadap dinamika politik disuatu negara. Dan disinilah letak mengapa penulis ingin mencoba untuk lebih menguraikannya dalam kerangka teori dasar dari ketiganya yang akan dikomprehensifkan mengenai peran, pengaruh, dan pengimplementasiannya disuatu negara.

B. RUMUSAN MASALAH
            1. Apa pengertian dari anarkisme, liberalisme, dan sosialisme ?
2. Bagaimana peran, pengaruh, dan implementasinya terhadap dinamika politik disuatu negara ?

C. TUJUAN
1. Memberikan sedikit pemetaan mengenai kerangka teori dari anarkisme, liberalism, dan sosialisme itu sendiri.
2. Memberikan sedikit gambaran mengenai peran, pengaruh, dan implementasinya terhadap suatu perkembangan dan dinamika politik disuatu negara.












BAB II
PEMBAHASAN


A. Anarkisme: Antara idealisme dan perannya dalam pemerintahan
            Dari ketiga teori yang kita akan kita bahas kedepannya, penulis pertama-tama ingin membahas mengenai teori anarkisme terlebih dahulu, yaitu teori yang seolah-olah kehilangan eksistensi dan substansi awal dari teori tersebut. Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.  
            Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial di zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Di antara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
            Namun, yang terjadi saat ini adalah bahwa teoru anarkisme ini sendiri menjadi teori yang dipropaganda oleh sebagian golongan untuk kemudian menjadi teori yang dihitamkan. Artinya, kalau kita lihat konteks awal mula dari timbulnya teori anarkisme ini sendiri, dia mengambil filsafat dari Socrates, yaitu selalu mengkritisi apa yang kemudian menjadi segala bentuk sistem yang yang dikeluarkan oleh pemerintahan. Inilah yang kemudian membuat kebanyakan dari pihak pemerintah-pemerintah disetiap negara membuat propaganda bahwa anarkisme adalah perbuatan criminal atau yang berbau kekerasan.
            Jika kita lihat dari konteks awal dimunculkannya teori anarkis sendiri, bisa kita lihat bahwa kehadirannya adalah sebagai pihak penengah dari adanya teori liberalis dan sosialis. Seperti yang pernah dikatakan oleh Pter Kropotkin bahwa kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan. Namun, terjadi beberapa kritikan yang dilontarkan para intelektual kepada teori anarkisme itu sendiri, Kritik biasanya dilontarkan sekitar permasalahan idealisme anarkisme yang mustahil dapat diterapkan di dunia nyata, seperti apa yang banyak dipecaya oleh para anarkis mengenai ajaran bahwa manusia pada dasarnya baik dan bisa menggalang solidaritas kemanusiaan untuk kesejahteraan manusia tanpa penindasan oleh sebagiannya yang hal tersebut banyak dibantah oleh para ekonom. Dan juga mengenai ajaran bahwa setiap manusia lahir bebas setara yang juga dibantah oleh para pakar sosiolog.
Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap organisasi sentralis seperti pemerintahan kaum buruh, partai revolusioner, dan lain sebagainya, yang dianggap oleh banyak pihak justru akan melemahkan posisi kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini juga yang dituduhkan kepada para anarkis saat revolusi Spanyol terjadi, paska pengambilan kekuasaan oleh kaum proletariat atas rezim fasis yang pada saat itu berkuasa di Spanyol. Dan mengenai eksistensinya diabad ke20 ini, kalau kita lihat secara kasat mata memang anarkisme sudah musnah dari peradaban zaman. Namun, kita tidak bisa mengesampingkan atau melihat teori dari sisi politis atau satu sisi saja, artinya esensi teori ini adalah pembebasan atau anti penindasan. Jadi dengan sifat kritis seseorang dalam menyingkapi sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, bisa dikatakan bahwa dia pun seorang anarkis.
B. Liberalisme dalam bingkai politik dan kekuasaan
            Kata liberal, tentunya memang sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi pada abad ke-20. Karena di abad 20 ini lah teori mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Arti dari kata liberal itu sendiri adalah bebas atau kebebasan. Paham kebebasan dari liberalisme menempatkan prinsip kebebasan individu ditengah-tengah segalanya. Semboyan mereka adalah laissez faire, laissez passer: merdeka berbuat, merdeka bersaing. Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. [2] Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai dari Liberalisme Modern itu masih ada. Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar ; hanya mengubah hal-hal lainnya atau dengan kata lain, nilai intinyanya (core values) tidak berubah hanya ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. Jadi sesungguhnya, masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah berakhir. Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan. Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham, yakni demokrasi (politik) dan kapitalisme (ekonomi). Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan. Jadi, tetap ada keteraturan di dalam ideologi ini, atau dengan kata lain, bukan bebas yang sebebas-bebasnya.
 Berbicara masalah peran dan implikasinya saat ini, tentunya sudah menjadi hal yang sangat tidak aneh lagi. Artinya, kaum liberalis mampu menyebarkan pengaruhnya terhadap dunia dengan jalan modernisasi dan globalisasi. Bagaimana sebagian besar negara didunia saat telah mengadopsi sistem demokrasi yang notabennya adalah sistem yang dikonsep oleh kaum liberalis. Globalisasi, tidak hanya berbicara masalah konsep demokrasinya saja, namun juga konsep ekonomi yang berujung pada ekonomi kapitalis. Yaitu sistem yang sangat mendambakan persaingan secara bebas ataupun pasar untuk menentukan  mekanisme ekonomi disuatu negara. Negara yang sangat frontal dalam menyebarkan atau berprinsip pada ideologi liberalisme adalah Amerika Serika. Bagaimana dia mencoba untuk menjadi negara adidaya dengan teori-teori globalisasinya yang bisa diartikan sebagai bentuk imperialisme gaya baru.
C. Eksistensi Komunisme dalam perkembangan zaman
            Dalam perjalanan sejarah, tentunya terdapat komponen-komponen yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dalam teori Hegel disebutkan adanya tesis, antithesis, dan sintesis. Dalam materialisme historis yang digagas oleh Karl Marx, adanya pertentangan dalam perjalanan sejarah manusiapun digambarkan dengan perjalanan manusia dari purba, sampai ke sosialis. Artinya, sosialis sendiri merupakan suatu bentuk keniscayaan dari perjalanan manusia kedepannya. Gerakan sosialis bisa diartikan adalah bentuk perlawanan dari paham kapitalisme yang sangat mengagungkan filsafat individualis yang menjadi dasar pijakannya. Artinya, dasar filosofis yang dibangun oleh kaum sosialis adalah melihat bahwa semua manusia itu sama dan harus mengedepankan segi sosialnya ketimbang dia memikirkan dirinya sendiri atau egoisme pribadi. Dari semangat sosialis inilah kemudian muncul sutu paham gerakan yang lebih revolusioner, yaitu komunisme. Komunisme sebagai naturalism yang telah berkembang secara sempurna merupakan humanism dan sebagai humanism yang sempurna merupakan naturalism. Dalam bahasa ambisius yang muncul ketika Marx masih muda, ia mengatakan: “Komunisme merupakan pemecahan terhadap teka-teki sejarah dan komunisme sadar akan perannya itu.” (Marx dan Engels: 1985).
            Adapun prinsip-prinsip ideology komunisme adalah pertama, yang dimaksud ideology komunisme ialah sistm politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan berdasarkan ajaran Marxisme-Leninisme.Kedua, fislafat Marx, yang komunis telah menyadarkan janji penyelamatan  sosial.Terlepas dari setuju atau tidak, karena memang didalamnya terkandung ekspresi harapan.Ketiga, mereka memandang soal-soal spiritual hanya sebagai efek sampingan akibat dari keadaan perkembangan materi termasuk ekonomi. Oleh sebab itu, mereka sangat menafikkan tentang keberadaan akan agama, termasuk Tuhan. Mereka beranggapan bahwasannya agama hanya sebagai candu bagi manusia dan masyarakat. Komunisme juga tidak menerima pikiran orang lain (distrust of others), penyanggahan terhadap persamaan manusia dan interpretasi secara ekonomi sistem terhadap sejarah.Oleh sebab itu, mereka tidak segan-segan melakukan penipuan, penghianatan, dan pembunuhan untuk melenyapkan lawan-lawannya, meskipun anggota dari partainya sendiri.Keeempat, karena cara mencapai tujuannya sangat mengahalalkan kekerasan radikal, revolusioner dan perjuangan kelas, dengan sendirinya etika tingkah laku didasarkan atas kekerasan serta tidak megakui pernyataan hak asasi manusia. Kelima, cita-cita perjuangannya adalah membangun masyarakat tanpa negara, tanpa kelas dengan konsep sama rata sama rasa, ideologi komunis itu nersifat internasional dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Keenam, pengendalian segala kebijakan berada di tangan segelintir orang yang disebut Polit Biro, dengan sendirinya kebijakan ekonomi juga dilakukan secara tersentral dengan manajemen yang juga secara dictator dan pemerintahan yang dikendalikan oleh sejumlah orang yang sedikit.
            Ketika berbicara mengenai eksistensinya di abad 20, tentunya kita tidak bisa melupakan kejatuhan Uni Soviet yang notabennya adalah pusat berkembangnya paham komunis. Banyak orang yang mengira komunisme 'mati' dengan bubarnya Uni Soviet di tahun 1991, yang diawali dengan keputusan Presiden Mikhail Gorbachev. Namun komunisme yang murni belum pernah terwujud dan tak akan terwujud selama revolusi lahir dalam bentuk sosialisme (Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis sosialis hampir punah, partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi telah dilakukan dalam berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di Nikaragua. Seperti yang digambarkan Anthony Giddens, komunisme dan sosialisme sebenarnya belum mati. Ia akan menjadi hantu yang ingin melenyapkan kapitalisme selamanya. Saat ini di banyak negara, komunisme berubah menjadi bentuk yang baru. Baik itu Kiri Baru ataupun komunisme khas seperti di Kuba dan Vietnam. Di negara-negara lain, komunisme masih ada didalam masyarakat, namun kebanyakan dari mereka membentuk oposisi terhadap pemerintah yang berkuasa.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dari beberapa keterangan yang telah dipaparkan diatas, kita bisa tarik kesimpulan bahwasannya eksistensi maupun peran ketiga teori ini sangatlah penting dalam dinamika kehidupan politik dan ekonomi baik secara global mapun lingkup nasional. Bahwa memang peran mereka dalam segala bentuk sistem pemerintahan disuatu negara sangatlah berpengaruh terhadap dinamika politik maupun ekonomi dinegara tersebut. Peran serta doktrin mereka terhadap masyarakat sangatlah ikut mempengaruhi paradigma berpikir masyarakat. Meskipun untuk saat ini hanya liberalis dan sosialis saja yang masih menunjukkan eksistensinya di lingkup global, ini tidak mengurangi peran anarkisme dalam kehidupan sosial. Artinya anarkispun tidak melulu hanya diartikan sebagai teori yang menjurus terhadap tindak kekerasan, meskipun dalam praktek atau penerapannya sudah sangat melenceng jauh dari esensi awalnya sebagai teori penyeimbang dari 2 teori besar tadi, yaitu liberalism dan sosialisme.
















DAFTAR PUSTAKA


-          Hidayat, Imam. 2009. Teori-Teori Politik. Malang: SETARA Press.
-          Listiyono Santoso, dkk. 2010. Epistemologi Kiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
-          www.wikipedia.com





Comments

Popular posts from this blog

Teori Elit dalam Kebijakan Publik

ELIT DAN KEBIJAKAN : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MODEL ELIT DALAM MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Oleh : Iwan Ismi Febriyanto Abstract             In the analysis of public policy, of course, there are some models that can be used to focus on one subject of public policy itself. That is, before we alone make this a great and sturdy construction, of course, we must have a clear model. That is the reason why public policy analysis models are crucial in making or analyzing public policy. There are several models in the classification of policy analysis. However, here the author would like to focus on Elite Model Theory in the analysis of public policy. To find out how political institutions operate, how decisions are made then the informant's most relevant is the political elite. Elite is defined as "those that relate to, or have, an important position." Political elite to do with how power affects the person's public policy making. Here the role of the

TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT

DIALEKTIKA KEBIJAKAN PUBLIK : “STUDI KOMPARASI TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT DENGAN GOOD GOVERNANCE DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK” Oleh: Iwan Ismi Febriyanto Abstract Public sector organizations are often described unproductive, inefficient, always loss, low quality, poor innovation and creativity, as well as many other critics. The emergence of strong criticism directed at public sector organizations will then cause the movement to reform public sector management. One of the public sector reform movement is the emergence of the concept of New Public Management (NPM). The concept of new public management was initially introduced by Christopher Hood in 1991. When viewed from a historical perspective, modern management approaches in the public sector at first appear in Europe in the 1980s and 1990s as a reaction to the inadequacy of the traditional model of public administration. NPM emphasis at that time was the implementation of decentralization, devolution, and the m