Skip to main content

Pemimpin Ideal di tengah Carut Marut Persoalan Negeri


Pemimpin Ideal di tengah Carut Marut Persoalan Negeri
Oleh : Iwan Ismi Febriyanto


Kita kembali kepada alam kita di Indonesia tadi serta kembali mengamati penghuninya! Maka sekarang pun Indonesia masih dapat menyaksikan manusia pada tingkat yang serendah-rendahnya, yang berada di antara jenis hewan yang paling tinggi derajatnya, seperti orang utan, dengan pelbagai penduduk manusia di gunung serta hutan rimba raya Indonesia

            Petikan kata-kata itu adalah untaian kata yang dikemukakan oleh sang pendiri Republik Indonesia, sang jenius yang namanya sering dan cenderung dilupakan oleh kaum muda Indonesia. Tulisan yang dibuat pada tahun 1948 ini berjudul Pandangan Hidup. Ya, dialah Tan Malaka. Pemilik nama lengkap Sultan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka ini adalah sosok fenomenal asal bukit Suliki Sumatera Barat tersebut merupakan salah satu bapak pendiri Republik Indonesia dengan bukunya Naar de Republik yang dibuatnya pada tahun 1925, sebelum Soekarno mengarang buku tentang Indonesia Menggugat pada sekitar tahun 1930.
            Sekilas kita lihat kutipan kata-kata diatas tadi adalah sesuai dengan apa yang terjadi di masa Indonesia sekarang ini.
Bahwa harkat dan martabat rakyat Indonesia seperti manusia pada level yang serendah-rendahnya manusia. Padahal, ketika kita lihat secara letak geografis, Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan alamnya, kaya akan lingkungan hidup, dan kaya akan berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk apapun yang dibutuhkan oleh masyarakatnya.
Kehebohan terjadi di kalangan publik kita menjelang akhir Juni lalu ketika lembaga Fund for Peace yang berpusat di Washington DC, AS, mengeluarkan Indeks Negara Gagal. Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 178 negara di seluruh dunia. Dengan peringkat itu Indonesia berada dalam kategori warning, negara-negara yang perlu ‘awas’ karena sudah berada di tubir negara gagal. Kalangan nonpemerintah umum nya berpendapat Indonesia memang memperlihatkan sejumlah indikator untuk menjadi negara gagal.
Selain itu juga, bisa kita saksikan akhir-akhir ini tentang bagaimana gambaran konflik vertical maupun horizontal yang melanda bangsa Indonesia. Sektor ekonomi yang melemah, kondisi politik yang carut marut karena perebutan kekuasaan, kondisi sosial yang mulai memperlihatkan terpecah belahnya bangsa Indonesia dari rasa persatuan dan kesatuan, asset-aset yang mulai tak bisa dikuasai dan dinikmati oleh bangsa Indonesia, dan masih banyak lagi permasalahan sosial yang melanda negara kita. Inilah yang kemudian menjadi koreksi bagi kita semua akan pentingnya sosok pemimpin ideal yang bisa mengubah situasi dan kondisi Indonesia masa sekarang.
            Pertama-tama, penulis akan menguraikan sedikit perbedaan antara pemimpin dan pimpinan. Pembeda antara sang pemimpin dan pimpinan adalah sikap dalam menajalankan kepengurusan, sang pemimpin akan menjadi seorang yang selalu mengayomi, duduk sama rendah, dan berdiri sama tinggi dengan siapapun. Sedangkan sang pimpinan senantiasa menjadi seorang Jendral, yang selalu siap memerintah tanpa melihat situasi. Figur pemimpin ideal  harus mampu berperan dalam kesepahaman dalam satu pikiran, satu perkataan, dan satu perbuatan dengan benar, tidak plin plan. Pemimpin perlu memiliki kemampuan dalam hal memimpin. Pemimpin harus dapat membina hubungan baik dengan bawahannya serta dengan lingkungan sekitarnya tidak egois mementingkan diri sendiri tidak rakus dan tidak pendendam .
Pemimpin juga memerlukan jiwa kejuangan yang tinggi, serta keuletan yang tahan banting agar kepemimpinannya bisa berjalan dengan baik tak tersisihkan. Pemimpin menjadi pendorong atau pemberi motivasi bagi bawahannya. Pemimpin harus mampu berperan sebagai layaknya ayah terhadap anak-anaknya dengan penuh kasih, serta menjadi “pelayan” yang bertanggung jawab kepada bawahanya, menjadi guru, pendidik, dan pengajar yang baik serta menjadi “teladan” bagi bawahannya. Baik jeleknya bawahan adalah tanggung jawab pemimpin bukannya membuang bawahannya tanpa ada sebab kesalahan yang mendasar .
Pemimpin dituntut memiliki pengetahuan dan berwawasan tinggi agar tidak kalah dari bawahannya, terampil dan gesit serta cekatan dalam bertindak. Pemimpin ideal selayaknya berpikir tepat sasaran/tajam berpikir karena jika pemimpin keliru atau berspekulasi, akan menghambat kepemimpinannya.
Pemimpin harus memiliki keuletan dan ketekunan yang tinggi. Kepemimpinannya pantang menyerah dan tidak pernah putus asa sehingga semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan berhasil . Pemimpin harus jujur, baik dalam perkataan, pemikiran, maupun perbuatan, sehingga dipercaya rekan kerja/sejawat atau pun bawahannya. Di samping itu, pemimpin senantiasa memiliki sikap terbuka untuk dikritik, legowo, dan bijaksana sehingga mau menerima saran dan terbuka untuk dikritik. Seharusnya pula ia dekat dan dipercaya rekan atau bawahannya. Pemimpin ideal harus bersikap bijaksana tidak pilih kasih. Perintah yang diberikan harus dapat dipahami dan dimengerti  oleh bawahannya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Selayaknya berperilaku dan bertindak sebagaimana orang tua yang bijak dan ramah  kepada bawahannya karena dapat menumbuhkan rasa nyaman dalam bekerja dan beraktivitas.Seorang pemimpin berbesar hati untuk mengakui kekurangan dan kelebihannya dalam memimpin. Jangan sampai menjadi pemimpin yang angkuh dan tidak mau mengakui kesalahannya, karena akan memberikan contoh buruk bagi para bawahannya.
Pemimpin bukan hanya bicara saja tapi berusaha “memikat hati” lewat perbuatan dan tingkah lakunya , ia juga menjadi kebanggaan bagi bawahannya. Kepemimpinannya harus mampu membujuk dan menenteramkan hati dengan menumbuhkan semangat kerja bawahannya. Pemimpin tidak segan-segan memuji, mengulas, dan mengoreksi bawahannya secara santun. Hubungan antar pemimpin dan bawahannya dalam kondisi yang tidak kaku dan tidak otoriter. Hubungan komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan, akan memperlancar kerjasama dan meningkatkan loyalitas. Sosok kepemimpinan adalah sosok yang tidak semua orang punya. Tetapi setiap orang bisa memilikinya, Sangat jarang ada orang yang terlahir dengan karakter yang sempurna, karena semuanya itu tetap membutuhkan sebuah proses dan senantiasa mau berusaha berubah menjadi pribadi yang dapat bermanfaat bagi orang-orang yang ada disekitarnya.
Dan yang paling urgent dari sekian banyak hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin kita hari ini adalah keberanian. Keberanian untuk melepaskan diri dari tirani penjajahan gaya baru milik Barat yang seolah-seolah membantu kita dalam pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan. Untuk penulisan kali ini, jika tadi penulis buka dengan kata-kata Tan Malaka, sekarang akan penulis tutup juga dengan kata-kata beliau yang menyinggung tentang hutang luar negeri Indonesia.
“ Bangsa yang hidup meminjam, akan menjadi hamba peminjamnya ”



Iwan Ismi Febriyanto (105120500111007)
Jurusan Ilmu Politik 2010 Universitas Brawijaya
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Isu-isu Politk Kontemporer

Comments

Popular posts from this blog

Teori Elit dalam Kebijakan Publik

ELIT DAN KEBIJAKAN : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MODEL ELIT DALAM MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Oleh : Iwan Ismi Febriyanto Abstract             In the analysis of public policy, of course, there are some models that can be used to focus on one subject of public policy itself. That is, before we alone make this a great and sturdy construction, of course, we must have a clear model. That is the reason why public policy analysis models are crucial in making or analyzing public policy. There are several models in the classification of policy analysis. However, here the author would like to focus on Elite Model Theory in the analysis of public policy. To find out how political institutions operate, how decisions are made then the informant's most relevant is the political elite. Elite is defined as "those that relate to, or have, an important position." Political elite to do with how power affects the person's public policy making. Here the role of the

TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT

DIALEKTIKA KEBIJAKAN PUBLIK : “STUDI KOMPARASI TEORI NEW PUBLIC MANAGEMENT DENGAN GOOD GOVERNANCE DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK” Oleh: Iwan Ismi Febriyanto Abstract Public sector organizations are often described unproductive, inefficient, always loss, low quality, poor innovation and creativity, as well as many other critics. The emergence of strong criticism directed at public sector organizations will then cause the movement to reform public sector management. One of the public sector reform movement is the emergence of the concept of New Public Management (NPM). The concept of new public management was initially introduced by Christopher Hood in 1991. When viewed from a historical perspective, modern management approaches in the public sector at first appear in Europe in the 1980s and 1990s as a reaction to the inadequacy of the traditional model of public administration. NPM emphasis at that time was the implementation of decentralization, devolution, and the m

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme

Anarkisme, Liberalisme, dan Komunisme Analisis Mengenai Pengaruh dan Implementasinya dalam Kondisi Politik di Suatu Negara Oleh : Iwan Ismi Febriyanto BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG             Ideologi merupakan hal yang paling krusial dalam sejarah maupun masa depan kehidupan manusia, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Bagaimana ideologi mempunyai peran sebagai dasar maupun pijakan yang digunakan oleh suaru kelompok sebagai panutan dari apa yang akan dilakukannya kedepan. Kata ideologi sendiri pertama kali dikembangkan dan diperkenalkan oleh seorang filsuf dari negara Perancis yang bernama Antonie Destutt de Tracy di masa Revolusi Perancis. Antony Downs (1957:96) mengatakan bahwa ideology merupakan seperangkat asumsi dasar baik normatif maupun empiris mengenai sifat dan tujuan manusia atau masyarakat agar dapat dipakai untuk mendorong serta mengembangkan tertib politik.